Senin, 14 Januari 2019

MEMAHAMI RUKUN ISLAM DAN RUKUN IMAN USTADZ FAUZI LUBIS S.Pd.I,.M.Pd

MEMAHAMI RUKUN ISLAM DAN RUKUN IMAN USTADZ FAUZI LUBIS S.Pd.I,.M.Pd











MEMAHAMI RUKUN ISLAM DAN RUKUN IMAN USTADZ FAUZI LUBIS S.Pd.I,.M.Pd

Memahami Rukun Islam yang Lima
Memahami rukun Islam hukumnya wajib bagi setiap muslim. Yakni memahami ilmu tentang kesaksian bahwa tidak ada Ilah yang diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah ‘azza wajalla dan kesaksian bahwa Muhammad adalah rasul dan utusan-Nya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, Shaum Ramadhan, dan melaksanakan Haji bagi muslim yang mampu.
Kalimat syahadat tidak cukup jika hanya sekedar ucapan saja, namun harus memahami makna keduanya dan memahami syarat-syarat sahnya sehingga tidak terjerumus pada hal-hal yang membatalkannya.
Setiap muslim wajib memahami bahwa dalam kalimat syahadat terdapat makna yang cukup dalam. Syahadat laa ilaaha illallah mengandung unsur an-nafyu, penafian, yang terdapat dalam kalimat laa ilaaha, kemudian juga mengandung unsur al-itsbat, penetapan, yang terdapat dalam kalimat illallah.
Maksudnya, meniadakan segala bentuk peribadatan dari selain Allah ‘azza wajalla, meninggalkan segala bentuk ibadah yang selain kepada -Nya, serta menetapkan peribadatan hanya untuk Allah ‘azza wajalla dengan cara mengesakan-Nya, dengan berbagai bentuk ibadah untuk-Nya semata seperti shalat, nazar, sembelihan, shaum, dan sebagainya.
Abu Hamid al-Ghazali mengatakan,
“Maka apabila seseorang yang berakal telah balig dengan ihtilam (mimpi basah) atau karena telah mencapai umur balig pada pagi hari, misalnya, maka kewajiban dia pertama kali adalah mempelajari dua kalimat syahadat dan memahami maknanya; yaitu kalimat laa ilaaha illallah dan muhammadun rasulullah. (Ihya’ Ulumiddiin, Abu Hamid Al-Ghazali, 1/14)
Allah ‘azza wajalla berfirman,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162)
لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am: 163)
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’.” (QS. An-Nahl: 36)

Memahami Rukun Iman yang Enam
Setiap muslim wajib memahami rukun Islam yang enam. Yaitu beriman kepada Allah ‘azza wajalla, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, beriman kepada hari akhir, dan beriman kepada Qadha’ dan Takdir.
Termasuk di dalam ilmu Islam yang kedua ini adalah memahami bahwa iman itu berupa perkataan dan perbuatan, perkataan hati dan perkataan lisan, perbuatan hati dan perbuatan anggota badan. Iman juga dapat bertambah dan berkurang.
Maksud dari perkataan hati adalah pemahaman dan pembenaran yang kokoh yang mendorong untuk taat dan patuh. Sedangkan maksud dari perkataan lisan adalah mengucapkan kalimat syahadat.
Maksud dari perkataan hati adalah segala bentuk ibadah-ibadah hati, seperti ikhlas, khasyah (takut), al-mahabbah (cinta), dan pasrah.
Maksud dari perbuatan anggota badan adalah pelaksanaan terhadap perintah dan larangan syariat.
Maksud dari iman dapat bertambah dan berkurang adalah iman dalam diri seseorang akan bertambah jika ia melakukan amalan ketaatan, dan akan berkurang, bahkan habis tak tersisa, jika ia melakukan kemaksiatan.
Termasuk di dalam ilmu Islam yang kedua ini adalah memahami bahwa setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, umat ini akan terpecah belah menjadi banyak kelompok dalam berbagai keyakinan dan pendapat.
Di antara kelompok-kelompok itu hanya ada satu saja yang akan selamat, sedangkan yang lainnya akan binasa.
Kelompok yang selamat tersebut adalah kelompok yang senantiasa mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya secara totalitas. Mereka itulah yang yang disebut dengan Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
Umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan,” para sahabat bertanya, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Mereka adalah golongan yang mana aku dan para sahabatku berpegang teguh padanya.” (HR. At-Tirmizi No. 2565)
Dengan adanya perpecahan sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, maka umat Islam dituntut untuk mempelajari kaidah-kaidah pokok dalam mengenali kebenaran. Kemudian mempelajari berbagai bentuk kesesatan, penyimpangan, dan perbuatan bid’ah dalam agama ini, dengan tujuan agar dapat menghindarkan diri dari pemahaman yang menyimpang tersebut.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar