MEMAHAMI
RUKUN ISLAM DAN RUKUN IMAN USTADZ FAUZI LUBIS S.Pd.I,.M.Pd
Memahami Rukun Islam yang Lima
Memahami
rukun Islam hukumnya wajib bagi setiap muslim. Yakni memahami ilmu tentang
kesaksian bahwa tidak ada Ilah yang diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah
‘azza wajalla dan kesaksian bahwa Muhammad adalah rasul dan utusan-Nya,
mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, Shaum Ramadhan, dan melaksanakan Haji
bagi muslim yang mampu.
Kalimat
syahadat tidak cukup jika hanya sekedar ucapan saja, namun harus memahami makna
keduanya dan memahami syarat-syarat sahnya sehingga tidak terjerumus pada
hal-hal yang membatalkannya.
Setiap
muslim wajib memahami bahwa dalam kalimat syahadat terdapat makna yang cukup
dalam. Syahadat laa ilaaha illallah mengandung unsur an-nafyu,
penafian, yang terdapat dalam kalimat laa ilaaha, kemudian juga
mengandung unsur al-itsbat, penetapan, yang terdapat dalam kalimat illallah.
Maksudnya,
meniadakan segala bentuk peribadatan dari selain Allah ‘azza wajalla,
meninggalkan segala bentuk ibadah yang selain kepada -Nya, serta menetapkan
peribadatan hanya untuk Allah ‘azza wajalla dengan cara mengesakan-Nya, dengan
berbagai bentuk ibadah untuk-Nya semata seperti shalat, nazar, sembelihan,
shaum, dan sebagainya.
Abu Hamid
al-Ghazali mengatakan,
“Maka
apabila seseorang yang berakal telah balig dengan ihtilam (mimpi basah)
atau karena telah mencapai umur balig pada pagi hari, misalnya, maka kewajiban
dia pertama kali adalah mempelajari dua kalimat syahadat dan memahami maknanya;
yaitu kalimat laa ilaaha illallah dan muhammadun rasulullah. (Ihya’
Ulumiddiin, Abu Hamid Al-Ghazali, 1/14)
Allah ‘azza
wajalla berfirman,
قُلْ إِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah:
sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb
semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162)
لَا شَرِيكَ
لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Tiada
sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am:
163)
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
“Dan
sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’.” (QS. An-Nahl: 36)
Memahami Rukun Iman yang Enam
Setiap
muslim wajib memahami rukun Islam yang enam. Yaitu beriman kepada Allah ‘azza
wajalla, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, beriman kepada
hari akhir, dan beriman kepada Qadha’ dan Takdir.
Termasuk di
dalam ilmu Islam yang kedua ini adalah memahami bahwa iman itu berupa perkataan
dan perbuatan, perkataan hati dan perkataan lisan, perbuatan hati dan perbuatan
anggota badan. Iman juga dapat bertambah dan berkurang.
Maksud dari
perkataan hati adalah pemahaman dan pembenaran yang kokoh yang mendorong untuk
taat dan patuh. Sedangkan maksud dari perkataan lisan adalah mengucapkan kalimat syahadat.
Maksud dari
perkataan hati adalah segala bentuk ibadah-ibadah hati, seperti ikhlas, khasyah
(takut), al-mahabbah (cinta), dan pasrah.
Maksud dari
perbuatan anggota badan adalah pelaksanaan terhadap perintah dan larangan
syariat.
Maksud dari
iman dapat bertambah dan berkurang adalah iman dalam diri seseorang akan
bertambah jika ia melakukan amalan ketaatan, dan akan berkurang, bahkan habis
tak tersisa, jika ia melakukan kemaksiatan.
Termasuk di
dalam ilmu Islam yang kedua ini adalah memahami bahwa setelah wafatnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, umat ini akan terpecah belah menjadi
banyak kelompok dalam berbagai keyakinan dan pendapat.
Di antara
kelompok-kelompok itu hanya ada satu saja yang akan selamat, sedangkan yang
lainnya akan binasa.
Kelompok
yang selamat tersebut adalah kelompok yang senantiasa mengikuti ajaran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya secara totalitas.
Mereka itulah yang yang disebut dengan Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَفْتَرِقُ
أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا
مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا
عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Umatku
akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya masuk ke dalam neraka
kecuali satu golongan,” para sahabat bertanya, “Siapakah mereka wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Mereka adalah golongan yang mana aku dan
para sahabatku berpegang teguh padanya.” (HR.
At-Tirmizi No. 2565)
Dengan
adanya perpecahan sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tersebut, maka umat Islam dituntut untuk mempelajari kaidah-kaidah pokok
dalam mengenali kebenaran. Kemudian mempelajari berbagai bentuk kesesatan,
penyimpangan, dan perbuatan bid’ah dalam agama ini, dengan tujuan agar dapat
menghindarkan diri dari pemahaman yang menyimpang tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar